Salah satu cita-cita mulia dari bangsa ini adalah untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa. Dengan bangsa yang cerdas diharapkan mampu menompang dan
mempercepat pembangunan nasional yang nantinnya dapat bermuara kepada
kesejahteraan nasional. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mencapai cita-cita
itu. Diantara upaya yang paling praktis adalah dengan menyelenggarakan
pendidikan.
Penyelenggaraan pendidikan sebagai salah satu upaya mencerdasakan kehidupan
bangsa, tentunya tidak serta merta dapat berdiri sendiri, namun butuh dukungan
dari berbagai pihak. Dukungan yang dirasa paling berpengaruh terhadap
keberhasilan penyelenggaraan pendidikan diantaranya datang dari lingkungan. Hal
tersebut karena sedikit banyak lingkungan berpengaruh terhadap proses yang
dilakukan oleh pendidikan.
Menurut ki hajar dewantara ada tiga lingkungan
yang berpengaruh terhadap proses pendidikan yaitu: lingkungan sekolah,
lingkungan keluarga dan lingkungan
masyarakat. Pengaruh yang diberikan lingkungan-llingkungan tersebut kepada proses penyeleggaraan pendidikan ada
yang bersifat positif namun juga ada yang bersifat positif, semua itu
tergantung dari berbagai macam perilaku masyarakat terhadap pendidikan.
Perilaku masyarakat sebagai salah satu lingkungan,
terhadap proses penyelenggaraaan pendidikan, dapat dibagi menjadi beberapa
perilaku, diantaranya adalah: Pertama,tipe masyarakat yang merobohkan
pendidikan dengan sikapya. Maksudnya adalah masyarakat menyikapi pendidikan
dengan cara yang kurang tepat, dan bahkan terkadang menolak pendidikan dengan
keras. penolakan biasanya terjadi manakala masyarakat tidak merasa butuh
terhadap pendidikan, yang bisa disebabkan oleh adat dan kepercayaan dari
masyarakat setempat. Hal ini tentu dapat menghambat penyelenggaraan pendidkan.
Kedua adalah perilaku masyarakat yang selalu
menyalahklan pendidikan. Perilaku ini ditandai dengan masyarakat yang
menyerahkan segala urusan didik mendidik anak kepada lembaga pendidikan. Akibatnya
adalah jika ada kesalahan perilaku anak di dalam masyarakat, selalu sekolah
yang disalahkan. Misalnya ada anak sekolah yang berlaku tidak sopan di
lingkungan masyarakat, apalagi anak itu masih memakai seragam, maka dalam benak
masyarakat yang pertama kali muncul adalah “anak sekolah mana itu, kok
perilakunya seperti itu?”. Padahal jika ditinjau lagi anak-anak berada di
sekolah kurang dari 8 jam, sedangkan sisanya ada di lingkungan masyarakat. Selain
itu di sekolah anak-anak disibukan oleh berbagai macam aktivitas pelajaran, sehingga
porsi untuk pembentukan karakternya
sangat kurang, yang seharusnya dibentuk di lingkungan masyarakat.
Ketiga adalah perilaku masyarakat yang acuh tak
acuh terhadap pendidikan. Perilaku ini dapat muncul dikalangan masyarakat manakala
masyarkat belum merasakan langsung terhadap hasil pendidikan. Masyarakat menilai
sama antara orang yang mengenyam pendidikan dengan orang yang tidak mengenyam
pedidikan. Kesamaan ini biasanya dilihat dari penghasilan yang diperoleh oleh
kedua orang dengan karakteristik itu. Padahal kita tahu rate of return dari
pendidikan tidak secara instan dapat kembali, namun melewati beberapa tahapan
yang mugkin akan memakan waktu yang lama, dan sesuai dengan kemampuan
personilnya untuk melakukan itu.
Perilaku yang terakhira adalah perilaku masyarakat
yang senantiasa memberikan kesempatan dan penididikan yang salah kepada siswa. Hal
ini ditujukan ketika siswa mengalami kesulitan yang disebabkan oleh kesalahanya
sendiri. Misal saat ada siswa yang terlambat masuk sekolah dan menyelamatkan
diri dari razia dengan masuk ke kantin atau warung, masyarakat tidak menolak,
malah menerima dengan senang hati dan terkesan melindungi. Perilaku masyarakat
yang demikian ini dapat dikatakan sama sekali tidak kooperatif dengan proses
pendidikan sekaligus pembentukan karakter di lingkungan sekolah.
Perilaku-perilaku yang telah disebutkan di atas,
merupakan perilaku yang berdampak negatif terhadap perkembangan siswa baik
sebagai warga sekolah maupun warga masyarakat. Proses pendidikan tidak serta
merta akan berhasil jika perilaku masyarakat tergambar dari perilaku di atas. Namun
demikian tidak semua perilaku masyarakat terhadap pendidikan berdampak negatif,
ada juga perilaku masyarakat yang berdampak positif dan mendukung pembentukan
karakter di dunia pendidikan. Pertama, perilaku masyarakat yang menyediakan
tempat belajar bagi siswa seperti rumah
belajar dan tempat les. Dengan adanya dua tempat itu maka siswa-siswa yang
merasa kesulitan dalam pelajaran akan terbantu, sehingga belajar lebih mudah
dan menyenangkan. Kedua, perilaku masyarakat yang senantiasa menasihati
siswa-siswa yang ada di lingkungan masyarakat yang berbuat kesalahan. Dengan adanya perilaku masyarakat yang
demikian maka secara langsung masyarakat juga menyelenggarakan pendidikan, yang
disebut dengan pendidikan informal. Hal ini tentu dapat membantu pembenrtukan
karakter baik dalam diri siswa.
Perilaku ketiga adalah partisipasi masyarakata
dalam komite sekolah. Dalam lingkup ini masyarakat terlibat secara aktif dalam penyelenggaraan
pendidikan, mulai dari perecanaan hingga pengawasan. Keterlibatan masyarakat
dalam komite dapat menjadi sarana pendorong sekaligus pendukung kemajuan mutu
pendidikan. Pasalnya dengan keterlibatan masyarakat maka perencanaan pendidikan
dapat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan sekaligus penyelenggaraanya
pun dapat diawasi secara aktif oleh masyarakat. Keempat perilaku masyarakat
yang aktif memajukan pendidikan, perilaku ini biasanya dalam bentuk kerja
sosial yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat, biasanya mahasiswa dalam
rangka membantu masyarakat umum untuk belajar. Kerja sosial yang dilakukan
biasaya dalam bentukpemberian bantuan belajar kepada siswa-siswa di suatu
wilayah, pembelajaran ketrampilan terrtentu seperti halnya membuat prakarya,
dan lainsebagainya.
Dari berabagi uraian di atas maka dapat
disimpulkan bahwa kontribusi masyarakat sebagai llingkungan dalam
penyelenggaraan pendidikan dapat dilihat dari perilakunya terhadap pendidikan. Disamping
itu perilaku masyarakat terhadap pendidikan juga tergantung pada tinggi rendahnya
pendidikan yang diperoleh masyarakat. Semakin
tinggi pendidikan yang diperoleh masyarakat, maka semkin tinggi kesadaran akan
perannya dalam menyukseskan
penyelenggaraan pendidikan, dan sebaliknya. Walaupun demikian sebenarnya semua elmen yang
ada di lingkungan masyarakat dapat berperan serta dalam kesuksesan
penyelenggaraan pendidikan, karena pada dasarnya dalam proses pendidikan tidak
hanya memuat aspek transfer ilmu saja, namun juga memuat transfer of value
dalam kehidupan bermasyarakat. Dimana nilai-nilai yang berkembang di masyarakat
adalah kunci utama dalam pembentukan karakter siswa sebagai anggota masyarakat,
yang nantinya juga akan kembali ke masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar