Selasa, 01 Maret 2016

Pemuda, Indonesia, dan Kita

Degradasi moral dan kualitas yang terjadi saat ini, disebabkan oleh era globalisasi yang  telah  menjadikan batas dunia tak tampak dan kemajuan ekinomi yang begitu  dasyat. Hal tersebut seakan membuat manusia terlena dengan berbagai kemudahan yang ada.  Namun terkadang hal tersebut juga membuat umat manusia lupa akan persaingan yang akan mereka hadapi. Persaingan yang sebenarnnya semakin ketat malah dirasa  tak ada sama sekali.
Persaingan di era yang sudah maju ini bukan hannya mengatasnamakan seseorang saja. Namun jauh dari itu, persaingan  mengatasnamakan sebuah bangsa dan negara. Persaingan yang membawakan eksistensi  sebuah bangsa , terlebih kekuatan dan kemakmuran yang akan dicapai nantinnya. dan juga persaingan yang membutuhkan semangat dan jiwa rela berkorban.
Untuk dapat memenangkan persaingan tersebut  indonesia  membutuhkan laskar muda yang tangguh dalam hal pertahanan dan kekayaan dalam ilmu pengetahuan.  Laskar muda yang mampu bersaing dengan laskar pemuda dari negara lain. Namun sangat disayangkan saat ini laskar pemuda indonesia telah mengalami banyak kemerosotan . baik kemrosotan kualitas dan kemrosotan moral. Hal tersebut  tentunhya menjadi penghalang keberhasilan  persaingan yang akan dilewati oleh bangsa indonesia.
Kemrosotan  moral yang mendera laskar muda indonesia  menyebabkan indonesia menjadi bangsa yang lemah. Kelemahan tersebut ditandai dengan mudahya laskar muda bagsa indonesia terpengaruh dan bangga terhadap budaya dan produk luar. Selain itu, disadari atau tidak Sistem kapitalisme sudah mulai masuk dalam kehidupan berbangsa. Semua jelas terlihat, bagaimana bentuk mekanisme pasar yang berdinamika kuat berfluktuasi menyeret arus harga produk dalam negeri. Hal tersebut tentunnya menunjukan titik kelemahan laskar muda  indonesia, yang belum mampu berpartisipasi untuk menangani iklim globalisasiyang merebak ke seluruh penjuru dunia.
Sungguh ironis memang, penjajahan modern yang tidak disadari oleh bangsa indonesia layaknnya sebuah senapan tanpa senjata namun bisa membunuh siapa saja. Perlan tapi pasti dengan gaya yang tidak terlihat dan tidak kita sadari tentang arti sebuah penjajahan yang terjadi. Penjajahan yang ada tidak hanya dalam penjajahan ekonomi saja, namun juga penjajahan moral. Penjajahan moral merupakan bentuk penjajahan yang paing menyeramkan diantara yang lainnya. sedikit saja keterlenaan dapat menaaskan seluruh bangsa. Sadar atau tidak, penjajahan moral telah memasuki pertengahan kejayaan. Hal tersebut terlihat dari banyaknnya pemuda kita yang terseret kasus narkoba, pencurian, kejahatan geng motor,dan lain sebagainnya.
Namun itu semua masih bisa diperbaiki dan ada begitu banyak hal yang bisa dikelola.  Masih ada waktu untuk memadamkan api yang membuat nasi menjadi bubur. Karena yang terpenting bukanlah menangisi bubur yang terlanjur jadi, melainkan merubah bagaimana bubur tersebut bisa dinikmati. Bayangan bahwa indonesia dan pemudanya hanya menjadi pengkhianat atas pahlawan-pahlawan jangan sampai menjadi kenyataan.

Ini menjadi big homework yang bertanda tanya besar yang harus di pecahkan oleh kita semua. Rakyat berkali-kali menyumpahi kemiskinan, dan pemerintah berjuta kali membuai janji. Harus bersatu padu dalam mengerjakan big homework ini.selain itu, ada hal yang harus di pahami olehi semua sektor, subyek dan obyek indonesia. Bahwa kemiskinan itu tergantung pada jiwa kita. Kita boleh tidak punya harta benda, namun dengan semangat yang kuat dan membara, serta hati yang teguh , bersih, dan jujur maka kita kan merasa kaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar